Kamis, 27 Juli 2017

Am I dumb? No, Just Sad




Have you ever felt that you are too dumb?

I believe that we did this thing; planning our future when we were kids. We planned what we should do at 20, what achievements we should accomplish, even when or with whom we should marry. But, when you are at 20, those slowly... disappear.  You just think about what you are going to do tomorrow.

Sometimes I think that it is my fault not to have specific goals in my life. But then I feel that I was too determined. Well, it is good to have a determined life, but then if you could not make it happen, there comes a time when you blame yourself, think that you're dumb, am I right? I believe that motivated sayings like ‘Failure is the beginning of success’ or ‘Fall 8 times, stand up 10 times’, still have a gloomy side. Sad is not wrong, it is a part of learning, part of arising. I am sure that you cannot just get up right after you fall. You must get hurt, and there is no other way than feel it, muse it. Then you will seek an assistance to raise, once you find it out, you will hold it. 

I do believe in that concept and I am seeking my assistance.

Failure doesn't make you become a fool, it makes you sad. The solution is, make use of your sadness to find your help to stand. Helps could be anything, or anyone. If you think so, then sadness is not wrong. Enjoy your sadness, feel it, think about it, and hope you find enlightenment.

Minggu, 23 Juli 2017

Apakah Belajar Bahasa Inggris itu Tidak Nasionalis?

“Kenapa sih harus bisa Bahasa Inggris? Kan nggak nasionalis”. Ungkapan itu sangat sering saya dengar ketika seseorang dihadapkan pada kenyataan bahwa bahasa inggris memang sangat penting di era global. Ungkapan ‘nggak nasionalis’ ini punya efek yang cukup luar biasa loh. Pernah beberapa waktu lalu teman serombel saya di jurusan Bahasa dan Sastra inggris, menerima penolakan gara-gara dia dianggap tidak nasionalis. Sebut saja teman saya si ‘E’, dia ini sedang cari tempat untuk KKN (Kuliah Kerja Nyata) dengan beberapa teman di kelompoknya. Tibalah dia di desa ‘G’. Setibanya disana, si E dan teman-teman menemui perangkat desa guna memaparkan program kerja yang akan diterapkan di desa tersebut. Salah satu program kerja yang diampu si E adalah pembelajaran bahasa Inggris bagi anak-anak di desa itu. Tapi, kemudian Pak Kades di desa G menolak keras program kerja yang berbau bahasa inggris karena dianggap tidak nasionalis. 

Lalu, apakah benar dengan kita belajar dan berbicara bahasa Inggris menjadikan kita tidak nasionalis?

Rasa nasionalisme dan cinta tanah air memang sangat-sangat penting. Kalau tidak ada rasa nasionalis, tidak ada yang namanya negara. Indonesia dilahirkan dari perasaan nasionalis para pendiri bangsa yang dengan segenap hati dan jiwa berkorban demi terwujudnya cita-cita untuk hidup bebas di tanah kelahiran. Rasa cinta tanah air memang harus terus dijaga. Sekarang, ketika Indonesia sudah merdeka, perjuangan bangsa sudah tidak lagi menggunakan bambu runcing. Inilah saatnya kita mengukir prestasi dan unjuk gigi di mata dunia agar Indonesia diakui. Sebagai generasi muda, banyak hal yang bisa kita lakukan salah satu yang paling banyak dilakukan adalah mengikuti forum-forum pemuda tingkat internasional. Dengan mengikuti kegiatan berskala internasional, kita bisa mengukuhkan posisi bangsa kita loh. Kita nanti akan dilihat dan dinilai oleh orang dari bangsa lain bagaimana cara kita mengemukakan ide-ide demi kemajuan bersama. Di sana kita juga mempromosikan Indonesia agar banyak turis yang datang berkunjung. Kita juga bisa membangun relasi internasional, yang memungkinkan terbukanya kerja sama antarnegara dalam berbagai bidang di masa depan. Nah, untuk melakukan itu semua, kita perlu berkomunikasi dengan baik kan? Dalam berkomunikasi, kita pakai bahasa kan? Terus saya ingin tanya apakah kiranya orang-orang dari negara lain itu sudah pasti bisa berbahasa Indonesia?

Tidak.

Sudah pasti masyarakat global harus punya cara demi terciptanya komunikasi yang baik menggunakan suatu bahasa yang secara umum disepakati sebagai bahasa pemersatu global. Nggak usah secara global dulu deh, masyarakat Indonesia saja dengan beragam suku dan bahasa akan kesulitan untuk komunikasi satu sama lain kalau tidak menggunakan bahasa pemersatu kita yaitu bahasa Indonesia. Lalu apa yang salah dengan belajar bahasa pemersatu global saat ini, yaitu bahasa Inggris? Bukankah itu sama saja ketika kita belajar bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan orang dari suku lain? Seandainya saja masyarakat dunia tidak punya bahasa pemersatu, kita mau ngomong pakai apa? Bahasa isyarat? Bukannya saya ingin merendahkan seserang yang berkomunkasi dengan  menggunakan bahasa isyarat karena keterbatasan mereka atau bahasa isyarat itu sendiri. Bahasa isyarat lahir untuk memenuhi kebutuhan orang-orang dengan keterbatasan tertentu. Tapi kalau kita dikaruniai kesehatan dari Tuhan YME, kenapa tidak kita manfaatkan untuk belajar? Lha wong sekarang mereka yang memiliki keterbatasan saja semangat belajar kok, kita tidak mau belajar sih hanya gara-gara pemikiran sempit “tidak nasionalis” itu. Ya, kecuali Anda cukup kaya untuk menyewa seorang interpreter kemanapun Anda pergi, oke saya nyerah berargumen karena saya bukan orang berduit.
Kembali lagi ke masalah nasionalis tadi. Saya cinta bahasa Ibu saya, Jawa, dan bahasa Indonesia. Saya juga sangat cinta budaya dan tradisi Indonesia. Banyak juga loh orang Amerika atau Australia yang ingin belajar bahasa dan budaya negeri kita. Kita tentu bangga dong karena memperkenalkan bahsa kita ke orang lain. Tapi gini, apakah mungkin seorang guru yang mengajar bahasa Jawa/Indonesia akan sepenuhnya menggunakan kedua bahasa tersebut di saat mengajar? Apakah murid-muridnya akan mudeng? Kan mereka baru mau belajar. Solusinya? Ya harus menguasai bahasa pengantar lain saat mengajar, dalam hal ini adalah bahasa Inggris. kalau sudah begitu, apakah guru yang menggunakan pengantar bahasa inggris untk mengajarkan bahasa Indonesia itu masih dianggap tidak nasionalis?

Pandangan sempit terbukti berbahaya loh. Contoh yang paling terkenal adalah pada Adolf Hitler. Hitler sangat nasionalis dan loyal terhadap bangsa dan negaranya, sampai-sampai menganggap bahwa bangsa Jerman adalah bangsa terunggul di dunia. Tapi lihat apa yang dilakukan Hitler, bukannya mengajak bangsanya untuk belajar dan meningkatkan kualitas agar dapat bersaing dengan bangsa lain, dia justru menyingkiran semua bangsa non-Jerman yang pada saat itu dianggap lebih pintar dan bisa mengancam eksistensi bangsa Jerman. Hasilnya? Ambisi Hitler justru runtuh ketika Jerman kalah di Perang Dunia II.

Belajar dari itu semua, cinta tanah air memang sangat penting, namun jangan sampai membawa pemahaman sempit ke diri kita. Dunia terlalu luas untuk kita fikir bahwa bangsa atau budaya kitalah yang paling baik. Namun kita juga perlu mengukuhkan identitas bangsa kita dengan sikap fleksibel tersebut. Masih banyak lagi peran-peran yang dapat dimainkan oleh masyarakat Indonesia di kancah global. Tapi sebelum itu, mari kita tingkatkan kualitas diri sendiri dulu dengan banyak belajar. Belajar boleh apa saja kok asal bermanfaat.

Semoga bermanfaat ...


Kamis, 20 Juli 2017

Probio-C Vitamin C: Serum Murah Meriah untuk Kulit Berjerawat

Hari ini saya mau nge-review serum vitamin C punya saya. Tapi sebelumnya saya tekankan bahwa tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi, jadi bukan untuk promosi suatu produk ya.

Oke, pertama saya akan cerita mengenai keadaan kulit saya. Dulu waktu SMA, bisa dibilang muka saya kaya tambang minyak, kalo pake kertas minyak untuk wajah aja sampe 3-4 lembar sekali pakai! Pokoknya berminyak banget lah. Jerawat? Jangan tanya lagi, dia tamu setia di muka saya ini, belum lagi  acne prone, pori-pori gede T_T. Tapi, makin ke sini saya ngerasa kok muka saya nggak seberminyak dulu, cuma minyakan di T-zone dan pipi depan deket hidung. Kalo dulu mah semuka full minyakan. Jerawat masih ada tapi nggak kaya dulu keroyokan, cuma satu dua biji aja per bulan. Apakah ini faktor U ya? Entahlah...

Tapiiii, muka saya kembali jelek akhir tahun lalu. Hal ini bermula ketika saya ikut KKN di desa dekat tempat tinggal saya. Bagi kalian yang udah pernah ikut KKN, tau sendiri lah malesnya ngurus muka. My bad sih, tapi emang rata-rata temen saya juga bilang gitu loh. Jarang mandi, nggak pake sunblock, panas-panasan, dan sepertinya kulit saya nggak cocok dengan air di sana. Jadilah kulit yang merah, kering, kasar, dan jerawaaaat T.T Awalnya sih biasa-biasa aja, saya kembali rutin ngerawat muka. Tapi hampir sebulan kok nggak ada perubahan ya? Huhuhu di sini rada panik sih. Terus di kos saya lihat sepupu saya (sekaligus temen sekamar) punya serum ini. Sepupu saya bilang kalau dia cuma keracunan dari review aja beli ini serum, *hahaha* dan nggak cocok di dia. Mungkin karena dia lagi perawatan di dokter kulit juga kali ya, jadi kulitnya agak sensitif kalo pake skincare di luar produk dokternya. Kalo saya mah selama dua puluh dua tahun hidup di dunia belum pernah sekalipun perawatan di dokter kulit, jadi saya asumsikan kalo kulit saya mungkin cocok pake serum ini. Akhirnya dia menghibahkan serum ini ke saya *alhamdulillah*. Nah, ini nih penampakan Probio-C Serum Vitamin C:


Saya pake serum ini sekali sehari sebelum tidur, walaupun di box dianjurkan dua kali; siang-malam. Tapi, saya emang orangnya nggak begitu suka dengan skincare yang berlayer-layer di muka saya apalagi pas siang hari. Hehe, jangan ditiru pemirsa. Serum ini rutin saya oleskan ke wajah dan leher setelah membersihkan wajah dengan milk cleanser + face wash + toner. First impression pertama kali pakai ini sih so-so. Cairannya bening, agak sticky, dan baunya agak aneh, tapi nggak berminyak waktu diaplikasikan ke wajah. Gini nih serumnya:




Serum ini mengandung 10%  vitamin C yang aktif untuuk menangkal radikal bebas, mencegah penuaan, mengurangi inflamasi, dan kerusakan kulit lain akibat sinar matahari. Daannn, setelah sekitar sebulan pemakaian rutin sebelum tidur, muka saya jadi halus lagi kawan-kawan! Jerawat juga ilang, dan lumayan buat ngilarin scar. Nggak bikin berminyak juga waktu pagi bangun tidur. Wah seneng banget deh. Temen saya di kampus juga tanya saya pake apa kok muka udah bersih lagi, karena dia juga habis KKN punya masalah yang sama, hahaha... But forgive me nggak bisa kasih lihat foto before and after, karena waktu pertama kali pakai belum kepikiran untuk review.

Sepupu saya beli serum ini di Apotik deket kampus, jadi gampang banget nyarinya. Harga? Cuma 55k, dan ini muraaahh banget untuk ukuran serum wajah. Makainya juga cuma 3 tetes untuk semuka, jadi awet. Punya saya udah sekitar 3 bulan juga belum abis-abis *yeay*. Recommended untuk yang lagi cari serum murah tapi nggak murahan. Inget ya, hasilnya nggak instan. Saya review ini juga setelah sekitar 3 bulan pemakaian. Jadi, buat yang mukanya lagi jerawatan harap sabar aja. Oh iya, saya juga perlu tekankan bahwa serum ini tidak memutihkan. Walaupun klaim produk bisa memutihkan, jangan terlalu berharap. Kalau untuk menyehatkan sih oke deh ini produk. Lagian, kulit cantik nggak melulu putih kan? Tapi, berdasarkan pengalaman sepupu saya, bagi yang lagi perawatan di dokter mungkin konsultasi dulu siapa tau nggak cocok dengan serum ini, karena sepupu saya mukanya jadi merah pake serum ini.

Segitu dulu review dari saya, semoga bermanfaat ^-^

Selasa, 18 Juli 2017

My First Post

Hi there!

Sebenernya saya sudah ngeblog dari dulu sih, tapi baru kali ini mau bener-bener niat nge-blog :D
Oke, saya Irma Nadia, mahasiswi semester atas Prodi Pendidikan Bahasa Inggris di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang. Salah satu alasan saya aktif nge-blog adalah karena saya bosan, iya bosan. Buat mahasiswa/i semster atas pasti tau lah ya gimana suka duka ngerjain skripsi. Nah saya sekarang sedang berada di titik ketika bingung mau ngapain. Skripsi sih so far okay, tapi berhubung dosen pembimbing saya lagi sibuk dan agak susah ditemui, jadi saya bingung deh mau ngapain di kos, plonga-plongo tok.

Pada suatu hari yang cerah, temen saya dateng ke kos dan dia cerita tentang blog nya dia. Dia bilang kalau dapet gratisan produk gitu buat direview di blog, lumayan deh pokoknya. Pada saat itulah saya mendapat ilham untuk nulis di blog lagi. Sebenernya suka nulis banget si enggak ya, tapi coba dulu aja deh, hehe. Anyway, rencananya sih blog ini bakal saya isi dengan review produk, diy, dan ... curhatan saya hahaha *ketawa bego*.

See ya on the next post!